Anger and Disgust : Penentu Utama Sanksi Sosial di Berbagai Budaya

Dalam masyarakat, ketika seseorang melanggar norma sosial, berbagai respons dapat muncul dari orang-orang di sekitarnya. Beberapa mungkin merasa bahwa pelanggar layak menerima sanksi tertentu. Artikel ini mengeksplorasi bagaimana emosi seperti marah dan jijik mempengaruhi penilaian terhadap sanksi sosial, berdasarkan studi di 56 negara pada jurnal dari scholar Universitas Airlangga.

Peran Emosi dalam Penilaian Sanksi Sosial

Penelitian ini menemukan bahwa individu yang merasa marah dan jijik saat menyaksikan pelanggaran norma sosial lebih cenderung mendukung tindakan seperti konfrontasi, pengucilan, dan, dalam skala yang lebih kecil, gosip. Emosi marah terbukti menjadi prediktor terkuat dalam mendukung konfrontasi dibandingkan dengan emosi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa marah memiliki peran signifikan dalam menentukan apakah seseorang mendukung tindakan langsung terhadap pelanggar norma.

Variasi Antarbudaya dalam Respons Emosional

Meskipun hubungan antara emosi dan penilaian sanksi tampak universal, kekuatannya bervariasi di berbagai negara. Studi ini menunjukkan bahwa hubungan antara emosi dan penilaian sanksi lebih kuat di masyarakat yang menilai tinggi otonomi individu. Artinya, di negara-negara yang menghargai kebebasan individu, emosi marah dan jijik lebih mempengaruhi penilaian terhadap sanksi sosial.

Nilai Otonomi dan Pengaruh Emosi

Nilai otonomi dalam suatu masyarakat dapat meningkatkan peran emosi dalam menentukan penilaian sanksi sosial. Di masyarakat yang menekankan pentingnya kebebasan individu, orang cenderung lebih mengandalkan emosi mereka dalam memutuskan apakah sanksi diperlukan. Hal ini sesuai dengan prediksi teoretis bahwa emosi akan lebih berpengaruh dalam masyarakat yang menghargai otonomi individu.

Implikasi Penelitian

Penelitian ini memberikan wawasan berharga tentang bagaimana emosi dan nilai budaya saling mempengaruhi dalam menentukan penilaian sosial. Dengan memahami dinamika ini, kita dapat lebih baik mengantisipasi dan mengelola respons masyarakat terhadap pelanggaran norma sosial di berbagai konteks budaya. Studi ini juga menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan konteks budaya dan nilai-nilai sosial dalam mengevaluasi respons terhadap pelanggaran norma.

Kesimpulan

Penelitian ini mengungkapkan bahwa emosi marah dan jijik memainkan peran penting dalam penilaian sanksi sosial di berbagai budaya. Emosi marah, khususnya, merupakan prediktor kuat dalam mendukung konfrontasi terhadap pelanggar norma. Selain itu, nilai otonomi dalam suatu masyarakat memperkuat pengaruh emosi dalam penilaian sanksi sosial. Temuan ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan konteks budaya dan nilai-nilai sosial saat mengevaluasi respons terhadap pelanggaran norma.

Link Journal : https://scholar.unair.ac.id/en/publications/anger-and-disgust-shape-judgments-of-social-sanctions-across-cult

By Admin