Work from Home: Model Perilaku Pekerja Pendidikan di Indonesia

Pandemi COVID-19 telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk cara kita bekerja. Salah satu perubahan paling signifikan adalah penerapan kerja dari rumah atau work from home (WFH). Studi dari Universitas Airlangga yang berjudul “Work from Home: A Behavioral Model of Indonesian Education Workers” menyelami lebih dalam bagaimana para pekerja di sektor pendidikan di Indonesia beradaptasi dengan sistem kerja baru ini dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi kehidupan mereka.

Latar Belakang Work from Home

Ketika pandemi melanda, institusi pendidikan di seluruh dunia terpaksa menutup pintu fisiknya dan beralih ke mode daring. Di Indonesia, perubahan ini membawa tantangan tersendiri bagi tenaga pendidik dan staf administratif yang harus menyesuaikan diri dengan pekerjaan jarak jauh. Studi ini mengeksplorasi berbagai aspek perilaku, adaptasi, dan tantangan yang dihadapi oleh pekerja pendidikan selama masa WFH.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam kepada pekerja pendidikan dari berbagai jenjang dan institusi di Indonesia. Data dikumpulkan melalui platform daring untuk memastikan keamanan dan kenyamanan responden selama pandemi. Penelitian ini mencakup berbagai latar belakang pekerja pendidikan, termasuk dosen, guru, dan staf administrasi, untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif.

Temuan Utama

  1. Adaptasi Teknologi:
    • Penguasaan Alat Daring: Sebagian besar pekerja pendidikan harus cepat belajar menggunakan berbagai alat dan platform digital seperti Zoom, Google Classroom, dan aplikasi manajemen tugas. Banyak dari mereka yang belum familiar dengan teknologi ini sebelumnya, sehingga memerlukan waktu dan upaya ekstra untuk beradaptasi.
    • Keterbatasan Infrastruktur: Tidak semua pekerja memiliki akses ke internet yang stabil atau perangkat yang memadai. Beberapa harus berbagi perangkat dengan anggota keluarga lain atau bekerja di tempat yang tidak ideal, yang mempengaruhi produktivitas dan kualitas kerja mereka.
  2. Manajemen Waktu dan Produktivitas:
    • Fleksibilitas vs Distraksi: WFH menawarkan fleksibilitas yang lebih besar, memungkinkan pekerja untuk menyesuaikan jadwal mereka sendiri. Namun, fleksibilitas ini juga membawa tantangan dalam hal manajemen waktu. Banyak pekerja merasa kesulitan untuk membedakan antara waktu kerja dan waktu pribadi, yang sering kali tumpang tindih.
    • Produktivitas: Ada variasi dalam tingkat produktivitas. Beberapa pekerja merasa lebih produktif karena tidak harus menghabiskan waktu untuk perjalanan ke kantor, sementara yang lain merasa terganggu oleh lingkungan rumah yang tidak selalu kondusif untuk bekerja.
  3. Kesejahteraan Psikologis:
    • Stres dan Burnout: Perubahan mendadak dan peningkatan beban kerja selama pandemi menyebabkan tingkat stres dan burnout yang lebih tinggi di kalangan pekerja pendidikan. Tekanan untuk tetap produktif dan memenuhi tenggat waktu di tengah situasi yang tidak menentu memperparah kondisi ini.
    • Dukungan Sosial: Kurangnya interaksi sosial dengan rekan kerja menambah perasaan isolasi dan kesepian. Banyak pekerja merindukan komunikasi langsung dan dukungan emosional yang biasanya didapatkan dari lingkungan kerja.
  4. Dampak pada Kualitas Pendidikan:
    • Penyesuaian Metode Pengajaran: Tenaga pendidik harus menyesuaikan metode pengajaran agar efektif dalam format daring. Mereka harus membuat materi ajar yang lebih interaktif dan menggunakan multimedia untuk menarik perhatian siswa.
    • Evaluasi dan Umpan Balik: Evaluasi kinerja siswa menjadi lebih menantang. Banyak yang beralih ke metode penilaian alternatif seperti proyek dan presentasi, yang membutuhkan pendekatan dan penilaian yang berbeda dibandingkan dengan ujian tradisional.

Rekomendasi Penelitian

Untuk mengatasi tantangan WFH, penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi yang dapat diimplementasikan oleh institusi pendidikan:

  1. Pelatihan Teknologi: Menyediakan pelatihan intensif bagi tenaga pendidik untuk menguasai alat-alat digital yang diperlukan dalam pembelajaran daring. Pelatihan ini harus mencakup penggunaan platform pembelajaran, pembuatan konten multimedia, dan strategi mengajar yang efektif.
  2. Kebijakan Fleksibel: Institusi pendidikan perlu mengembangkan kebijakan yang mendukung fleksibilitas namun tetap memastikan produktivitas. Misalnya, memberikan opsi untuk jadwal kerja yang lebih fleksibel atau menyediakan cuti tambahan untuk menangani situasi darurat keluarga.
  3. Dukungan Psikologis: Menyediakan akses ke layanan konseling dan dukungan psikologis bagi pekerja pendidikan untuk membantu mereka mengatasi stres dan burnout. Ini bisa berupa sesi konseling individu, kelompok dukungan, atau workshop tentang manajemen stres.
  4. Infrastruktur Digital: Peningkatan akses ke perangkat keras dan internet yang memadai untuk semua tenaga pendidik. Institusi dapat menyediakan bantuan finansial atau program pinjaman perangkat untuk memastikan semua pekerja memiliki alat yang diperlukan untuk bekerja dari rumah.

Kesimpulan

Work from home telah menjadi bagian integral dari dunia kerja baru, termasuk di sektor pendidikan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang tantangan dan kebutuhan pekerja pendidikan, diharapkan institusi pendidikan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih mendukung dan produktif. Melalui dukungan yang tepat dan kebijakan yang fleksibel, kita dapat memastikan bahwa tenaga pendidik mampu menjalankan tugas mereka dengan baik, bahkan dalam kondisi yang penuh tantangan seperti saat ini.

Link Journal : https://scholar.unair.ac.id/en/publications/work-from-home-a-behavioral-model-of-indonesian-education-workers

By Admin