Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD dan implan sangat efektif untuk mencegah kehamilan. Namun, di Tebalo Polindes Manyar, Gresik, penggunaan MKJP masih rendah di kalangan pasangan usia subur (PUS). Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi PUS dalam menggunakan MKJP.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol. Sampel diambil dari populasi PUS usia 15–49 tahun yang terdiri dari 42 pengguna MKJP (kasus) dan 42 pengguna non-MKJP (kontrol). Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Variabel yang diteliti meliputi usia, tingkat pendidikan, jumlah anak, dan pengetahuan tentang MKJP. Data dianalisis dengan regresi logistik ganda dengan tingkat signifikansi α=0,05.
Hasil Penelitian
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada tiga variabel yang signifikan mempengaruhi penggunaan MKJP:
1. Usia (p=0,007) : PUS yang lebih muda cenderung kurang menggunakan MKJP dibandingkan dengan yang lebih tua.
2. Jumlah Anak (p=0,020): PUS dengan lebih banyak anak cenderung tidak menggunakan MKJP.
3. Pengetahuan (p=0,011): PUS dengan pengetahuan yang kurang tentang MKJP cenderung tidak menggunakan MKJP.
Pengetahuan yang rendah mengenai MKJP adalah salah satu hambatan utama dalam peningkatan penggunaannya. PUS yang lebih muda dan memiliki banyak anak mungkin merasa bahwa metode kontrasepsi jangka pendek lebih sesuai dengan kebutuhan mereka, meskipun MKJP lebih efektif dalam jangka panjang.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa usia, jumlah anak, dan pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap rendahnya partisipasi dalam penggunaan MKJP. Untuk meningkatkan partisipasi PUS dalam penggunaan MKJP, perlu dilakukan:
– Peningkatan edukasi dan sosialisasi tentang manfaat dan efektivitas MKJP.
– Mendorong penggunaan MKJP terutama bagi PUS dengan lebih dari dua anak atau yang memiliki kondisi kesehatan tertentu.
– Memperkuat layanan kesehatan untuk memberikan informasi yang tepat dan memadai tentang MKJP.
Implementasi Program
Program sosialisasi bisa dilakukan melalui kampanye kesehatan di pusat-pusat layanan kesehatan, penyuluhan oleh tenaga medis, dan distribusi bahan informasi yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan kesadaran dan pengetahuan PUS tentang MKJP akan meningkat, sehingga partisipasi dalam penggunaannya juga bertambah.
Untuk informasi lebih lanjut dan akses lengkap ke jurnal ini, kunjungi https://repository.unair.ac.id/124862/.